Selasa, 27 November 2012

Kutipan


STRUKTUR BIAYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
TANAMAN MENGHASILKAN
Struktur Biaya Perkebunan
 Struktur Biaya pada perkebunan Kelapa Sawit  adalah demikian pentingnya, sebab hanya struktur biaya yang dikelola dan dikontrol dengan tepat , usaha perkebunan akan memperoleh hasil keuntungan yag lebih baik.
 Sistim akuntansi yang digunakan di perkebunan kelapa sawit, umumnya menguraikan Biaya Produksi kedalam beberapa Kategori Biaya, yang mana setiap kategori biaya dibagi dalam beberapa Group Biaya.  Adapun Group biaya itu sendiri terdiri atas beberapa Komponen Biaya yang merupakan sejumlah Elemen Biaya sebagai dasar perhitungan pengeluaran biaya real. Secara skematis uraian Biaya Produksi perkebunan kelapa sawit tersebut  dapat dilihat pada halaman berikut ini.
 Terdapat tiga kelompok Kategori Biaya, yaitu Ex-Factory Cost, Cash Cost dan Book Cost.   Gross Profit Before Tax dihitung dari Net sales dikurangi Book Cost.
Penguraian Biaya Produksi menjadi Komponen Biaya ditujukan untuk meng identifikasi berbagai biaya agar dapat dijadikan pedoman bagi perencanaan Budget dan Akuntansi  serta membuat terbentuknya sistim kontrol yang efektif pada management biaya.
 Elemen Biaya Produksi
     Semua komponen biaya produksi selalu meliputi tiga prinsip elemen biaya, yakni Upah Tenaga Kerja biasa dilakukan melalui mekanisme PK (PK – Perintah Kerja), Biaya Material dilakukan melalui mekanisme PO (PO – Purchase Order) dan Proporsi atas pembebanan Biaya Angkutannya.  
     Setiap biaya per komponen akan bervariasi tergantung kepada besarnya biaya rata-rata upah buruh, jumlah material yang digunakan sesuai harga yang berlaku saat itu dan besarnya biaya  angkutan. Ketiga elemen tersebut benar-benar menjadi dasar terjadinya variasi dalam biaya produksi.
a    Upah Tenaga Kerja
 Biaya upah tenaga kerja di perkebunan terdiri atas upah Buruh Harian , Upah Buruh Bulanan dan Upah Borong.  Dasar perhitungan upah buruh diperoleh dari kebijakan pemerintah tentang Upah Minimum Propinsi (UMP) dengan kenaikan tahunan rata-rata 9 – 12 persen, ditambah rasio Tunjangan Catu Beras, yang ditetapkan sebesar 15 kg bagi pekerja per bulan, 9 kg per bulan untuk istri dan 7,5 kg per bulan untuk anak, dengan pembatasan jumlah anak 3 orang.
 Harga dasar beras ditetapkan oleh pemerintah dengan kenaikan rata rata 5 – 7 persen setiap tahunnya.  Selain daripada itu, pekerja juga memperoleh tambahan yang disebut Fringe Benefit yang terdiri atas Premi, Lembur, jaminan kesehatan dan sosial, sehingga gaji yang dibayarkan kepada buruh, besarnya dapat bervariasi sesuai skala upah , antara 110 hingga 400 persen dari upah pokoknya hariannya .  Selain daripada itu, pekerja juga akan memperoleh tunjangan satu bulan gaji tambahan setiap tahun sebagai Tunjangan Hari Raya.
b . Ratio Tenaga Kerja terhadap luas Lahan
 Secara detil, ratio tenaga kerja terhadap luas lahan harus dihitung di setiap kategori kegiatan pada Tanaman Menghasilkan (TM), yang terdiri dari Rawat, Panen, Biaya Umum; dengan menjumlahkan upah pokok semua tenaga kerja pada setiap kategori  sehingga diperoleh angka Total Gaji Tenaga Kerja.
 Untuk kemudian dihitung Upah Rata-Rata dengan membagi Total Gaji Tenaga Kerja yang dibayar dengan jumlah Tenaga Kerjanya.
 Seluruh pembayaran fringe benefit tenaga kerja untuk kemudian dirubah menjadi jumlah Mandays atau Hari Kerja Orang (HK) dengan cara membagi Total Fringe Benefit dengan Upah Rata Rata.
 Sama halnya dengan Pembayaran pada setiap Kontraktor harus di rubah menjadi HK, dengan cara ; total nilai pembayaran kepada semua Kontraktor dibagi dengan Upah Rata-Rata .

Variasi ratio tenaga kerja per perkebunan per tahun pada setiap kategori pekerjaan dipengaruhi oleh Volume Pekerjaan, tersedianya Material, Tingkat Produksi dan tersedianya Alat Berat atau peralatan lainnya.
 Sebagai contoh, pekerjaan Rawat dapat bervariasi karena besar-kecilnya jumlah material pupuk yang di aplikasikan di lapangan, atau adanya tindakan pengendalian khusus karena serangan hama.
 Sementara jumlah tenaga panen selalu melekat pada kegiatan panen dan tenaga pabrik selalu proposional pada level produksi yang dihasilkan.
Jumlah gaji yang dibayarkan setiap bulan kepada pekerja, relatif konstan,  perbedaan kecil bisa saja terjadi di pekerjaan rawat dan umum, namun kelompok ini masuk  sebagai kelompok Biaya Tetap (Fixed Costs).  Sementara jumlah tenaga kerja panen dan pabrik ber fluktuasi seirama dengan volume produksi dan dimasukkan sebagai Variable atau Semi-Variable Costs.
Harga Material
Ø  Harga material selalu naik setiap tahun, dengan variasi yang berbeda-beda untuk setiap jenis material bergantung kepada beberapa hal umum seperti :
Material yang paling mempengaruhi biaya Rawat adalah Pupuk, yang  secara bertahap 
terus naik sejalan dengan naiknya harga bahan bakar minyak. Kecuali apabila pemerintah memberikan lagi subsidi.
Ø  Barang-barang import seperti mesin-mesin dan peralatan serta suku-cadang, bahkan juga Chemical yang belum diproduksi di dalam negeri, kenaikannya sangat dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
Ø  Material yang sudah di produksi di dalam negeri juga meningkat  seiring dengan kenaikan upah rata-rata
Biaya Transport

Biaya Transport dipengaruhi secara langsung oleh kenaikkan harga bahan bakar minyak dan suku cadang serta jarak tempuh.
Kategori dan Karakteristik Biaya
Komponen Biaya dalam setiap Kategori di klasifikasikan menurut Karakteristiknya menjadi FIXED, VARIABLE dan SEMI-VARIABLE COST.
KATEGORI 1 :  EX FACTORY COST
·         Fixed Cost. Yang masuk dalam klasifikasi Fixed Cost adalah :
A.    Rawat Tanaman Menghasilkan (TM), Biaya aktualnya per hektar atas seluruh komponen biaya yang muncul harus DI WASPADAI  di perkebunan.  Apabila tidak dilakukan kontrol yang ketat terhadap hasil kerja Rawat ini, maka beban biaya akan tetap sama. Artinya hasil kerja rawat nol, beban tetap ada. Fluktuasi Biaya rawat per hektar per tahun terutama di akibatkan oleh biaya pemupukan yang dilaksanakan berdasarkan hasil analisa daun.
B.    Overhead, Biaya aktual overhead secara mayoritas adalah Fixed Cost, dengan pengecualian bagi Staf Pabrik termasuk teknisi Pabrik dimana beban gaji dan fringe benefit nya dibebankan secara langsung pada biaya pengolahan.  Sementara itu gaji, dan social expenses untuk staf kebun dibebankan pada Overhead bersama-sama dengan komponen biaya lainnya seperti social expenses buruh harian, pensiun, pajak, asuransi dll. Untuk selanjutnya biaya aktual Overhead per hektar dapat dihitung berdasarkan luas kebun TM yang dikelola.
 ·         Variable Cost,  yang termasuk dalam klasifikasi Variable Cost adalah :
 Panen dan Angkutan .  Biaya Panen per Kg Tandan Buah Segar (TBS)  adalah tergantung kepada Output tiap pemanen, gaji dan premi pemanen, Sedangkan biaya angkutan TBS  tergantung kepada Output angkutan dan biaya operasi alat angkut (Truk atau Traktor).  Total biaya panen dan angkutan  per Kg TBS sangat bervariasi tergantung besarnya jumlah TBS yang di panen.  Secara progresif biaya panen dan angkutan TBS per Kg TBS akan naik apabila upah panen naik dan biaya operasi alat transport juga naik.
 ·         Semi-Variable Cost, yang termasuk dalam klasifikasi Semi-Variable Cost adalah :
 Pengolahan dan Maintenance Pabrik.  Kelompok biaya disini merupakan kombinasi antara Fixed Cost dan Variable Cost. 
Yang termasuk Fixed Cost adalah : Gaji Teknisi, Maintenance Pabrik, Mesin dan Peralatan Pabrik, Limbah dan Administrasi.
 Yang termasuk Variable Cost adalah :  Semua biaya Pengolahan termasuk biaya operasi Power Plant dan peralatannya ( Upah buruh , Bahan Bakar Minyak dll)
Biaya Pengolahan sangat bervariasi antara satu Pabrik dengan Pabrik lainnya tergantung kondisi pabrik dan kapasitas pabrik.  Throughput aktual, jumlah tenaga kerja serta Volume Palm Product ( CPO & Kernel) yang dihasilkan merupakan faktor penentu yang utama
 KATEGORI  II  :  CASH COST
 Kategori Biaya yang termasuk dalam Cash Cost dapat di klasifikasikan sebagai Semi-Variable Cost.  Dimana Kegiatan Despatch atau pengeluaran Produk dari pabrik ke Shipping Terminal dan  Operasi Pengangkutan dari shipping Terminal ke tujuan termasuk dalam Variable Cost. Sementara itu biaya penjualan yang ada di Head Office adalah Fixed Cost
KATEGORI  III  :  BOOK COST
Kategori Biaya disini adalah Fixed Cost, yang merupakan jumlah dari perhitungan Depresiasi Asset dengan persentase yang tetap sesuai kelas Asset.
Perusahaan perkebunan umumnya mengikuti klasifikasi  dan Depreciation Rates sesuai ketentuan yang tercantum pada Pajak Penghasilan 1984, sebagai berikut :
a. Bangunan
b.Non- Bangunan
Kelas  I     :   Memiliki umur kegunaan tidak lebih dari 4 Tahun              
C.   Kelas ll     :   Memiliki umur kegunaan lebih dari 4 tahun tapi kurang dari 8 tahun
Kelas lll    :    Memiliki umur kegunaan lebih dari 8 tahun.
Kelompok Bangunan di deoresiasi-kan menggunakan Straight Line Method, dengan rata-rata 5 % per tahun.  Sedangkan Non-Bangunan,  di depresiasi-kan menggunakan Double Declining Balance Method dengan rata-rata 50 % untuk kelas l ;  25 % untuk kelas ll dan 10 % un tuk kelas lll.
Semua biaya yang berkaitan dengan pembangunan perkebunan di kapitalisasi dan di klasifikasikan sebagai kelompok bangunan yang di depresiasi kan selama umur produktif tanaman ( +/- 20 tahun)

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Biaya
Unit Biaya Produksi ditentukan oleh besarnya Output Produksi dan Input Biaya Produksi, sehingga terhadap kedua hal tersebut perlu selalu di analisa, faktor apa saja yang memberikan pengaruh baik positif maupun negatif.
     Faktor Internal
Ø  Detil Latar Belakang Perkebunan
Ø  Organisasi Internal(Ratio Tenaga Kerja vs luas Lahan, struktur organisasi, efisiensi
Ø  Skill Karyawan
Ø  Cara kerja dan teknologi yang diterapkan di lapanga
Ø  Infra Struktur
Ø  Faktor Eksternal
Ø  Kebijakan Pajak, Kontrol Biaya Pembelian Material
Ø  Inflasi
Ø  Jarak kebun ke pelabuhan
Ø  Permintaan Pasar
Faktor Negatif dan Faktor Positif yang mempengaruhi kepada Produksi dan Biaya Produksi , secara sistimatis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tingkat  pengaruhnya dari semua faktor di atas terhadap produksi dan biaya produksi dapat turun atau naik dengan adanya inter-aksi  antara berbagai faktor melalui intervensi kebijakan management untuk menjaga  biaya pada level yang dapat dipertanggung jawabkan.
Namun bagaimanapun, management tentu tidak akan mampu menghilangkan semua faktor negatif yang ada terhadap produksi maupun biaya.

 
Sumber: Berbagai Sumber
 

       

2 komentar: